Wednesday, October 9, 2013

MENGKAJI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


A.     Pengertian model pembelajaran problem solving

Metode Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem Solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan metode pemecahan masalah. Dengan demikian problem solving adalah suatu metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.

B.     Manfaat dan Tujuan dari Metode Problrm solving

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain :

a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri

b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah

c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif

d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok

 

 

 

Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3) Potensi intelektual siswa meningkat.

4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan

 

C.    Langkah-langkah model pembelajaran problem solving

Metode problem solving atau metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar. Ia juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam problem solving dapat digunakan metode-metode lain yang dimulai dengan mencari data sampai pada penarikan kesimpulan. Langkah-langkah penggunaan metode ini sebagai berikut:

  1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
  2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan berdiskusi.
  3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
  4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
  5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. (Bahri, 2006: 91-92)

 

D.    Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving

Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

1.      Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

2.       Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

3.      Berpikir dan bertindak kreatif.

4.      Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

5.      Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

6.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

7.      Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

8.      Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja

9.      Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.

10.  Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

11.  Mendidik siswa percaya diri sendiri.         

 

Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

a) Memerlukan cukup banyak waktu.

b) Melibatkan lebih banyak orang.

c) Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

d) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

e) Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif

 

E.     Pelaksanaan Metode Problem Solving.

Dalam proses Problem Solving terdapat beberapa tahap yang harus disiapkan mulai dari mempersiapkan masalah sampai cara memecahkan masalah atau solusi dari masalah tersebut. Gick (dalam Rofik, 2009:14) mengemukakan dua hal penting dari teori pemrosesan informasi dalam Problem Solving , yaitu:

1)       memunculkan wakil masalah (generation of a problem representation),

2)      proses solusi (a solution proses).

Sedangkan Wiconsin memilih proses Problem Solving menjadi empat tahap, yaitu:

1)      pengajuan masalah (problem possing),

2)       pendekatan masalah (problem approach),

3)      solusi masalah (problem solution), dan

4)      komunikasi (communication). (Rofik, 2009:14)

Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut.

1.      .Saya mampu/ bisa (I can): tahap membangkitkan motivasi dan membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

2.       Mendefinisikan (Define): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.

3.      Mengeksplorasi (Explore): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.

4.      Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan permasalahan yang dihadapi.

5.      Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkiraan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.

6.      Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.

7.      Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.(Wena, 2009:57)


Selain mengetahui proses Problem Solving perlu pula diketahui bagaimana cara mengembangkan keterampilan problem solving yakni:

(1) membuat mereka senang belajar,

(2) membuat mereka belajar terbaik,

(3) belajar terarah sendiri,

(4) mengembangkan keterampilan kelompok,

(5) melatih siswa untuk menghadapi masalah dan mencari solusi.


Dalam pembelajaran problem solving harus disiapkan permasalahan yang akan diberikan pada siswa untuk dipecahkan. Cara untuk mempersiapkan permasalahan yang efektif menurut Alipandie (1984:106) yaitu:

1)      problema yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid,

2)      para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara-cara memecahkan masalah yang dimaksud,

3)      masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktuil dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi dan minat belajar para murid,

4)      disamping bimbingan guru secara continue hendaknya tersedia sarana pembelajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

 

Dalam pemecahan masalah maka guru harus mempersiapkan permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan kemampuan siswa, yaitu guru harus selektif apakah permasalahan yang diajukan dapat diselesaikan oleh siswa atau tidak. Sebelum siswa diberi permasalahan hendaknya guru memberi penjelasan tentang tujuan dari penyelesaian masalah serta cara-cara atau langkah yang harus dikerjakan untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah-masalah yang diajukan oleh guru harus sesuai dengan dengan kehidupan nyata sehingga siswa akan mudah dalam memecahkan masalah tersebut. Selain itu guru harus menyiapkan sarana dan waktu yang cukup untuk berpikir dan berdiskusi dalam pemecahan masalah tersebut.

Dengan metode problem solving diharapkan siswa dapat memecahkan masalah-masalah dalam berbagai mata pelajaran. Metode ini juga dapat melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah yang erat dengan kehidupannya. Karena kemampuan untuk memecahkan permasalahan sangat diperlukan setiap individu.

Dalam proses pemecahan masalah guru harus membantu siswa untuk memecahkan masalah. Cara yang paling efektif yakni bila guru memberikan contoh kepada anak cara memecahkan suatu masalah, cara yang lebih baik ialah memberikan instruksi kepada siswa verbal untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah itu, sedangkan cara yang terbaik adalah memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan itu maksudnya siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan dari masalahnya.
Dalam proses pemecahan masalah siswa harus memiliki kondisi belajar dalam diri pelajar dan kondisi dalam situasi belajar. Kondisi dalam diri pelajar merupakan kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu. Sedangkan kondisi dalam situasi belajar merupakan bimbingan oleh anak itu sendiri kepada dirinya dalam hal belajar untuk mendorong anak untuk mengingat kembali aturan yang diperlukan.

 

F.     Sintak Pembelajaran Problem Solving .

Sintak pembelajaran langsung terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Merumuskan masalah

Kemampuan yang diperlukan adalah : mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.

2.  Menelaah masalah

Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.

3. Merumuskan hipotesis

Kemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.

5. Pembuktian hipotesis

Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.

6.Menentukan Pilihan Penyelesaian.

Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. Dewey (Gulo, 2002:115)

 

G.     Pendekatan Problem Solving Dalam Pembelajaran IPS

Pada dasarnya berfikir itu kebanyakan melibatkan pemecahan masalah. Masalah itu merupakan sesuatu hal yang mengandung keragu-raguan, ketidak-pastian, atau kesulitan yang harus dipecahkan, dikuasai, dan dijinakkan. Salah satu contoh masalah dalam IPS seperti : Masalah pertambahan penduduk alami di indonesia yang sangat tinggi,masalah hubungan indonesia dengan negara tetangga,masalah pencemaran air,udara dan tanah. Dapat di katakan bahwa masalah atau problem adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan keadaan yang di harapkan. Dalam proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan, terutama masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat, mengenai diri siswa,masalah-masalah aktual yang sangat menarik untuk dibicarakan.

Keadaan seperti itu akan menyeret siswa kepada proses berpikir tentang bagaimana cara pemecahannya. Jadi yang ditekankan dalam problem solving adalah terpecahkannya suatu masalah secara rasional, logis, dan benar. Pembelajaran pemecahan masalah di padang penting agar siswa memiliki ketrampilan dalam menghadapi dan mengatasai masalah. Menurut Sudjanan (1993:104-107) terdapat empat alasan pentingnya pembelajaran pemecahan masalah bagi siswa yaitu :

Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia secara alamiah.

b. Tingkat keberhasilan seseorang dalam kehidupannya sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan keberhasilan memecahkan permasalahan yang di hadapinya.

c. Masalah dan pemecahannya bersifat berangtai,artinya setelah masalah satu teratasi maka akan muncul masalah lainnya.

d. Masalah tidak tunggal melainkan terdiri dari bagian-bagian masalah di dalamnya.

Menurut Retman (1970) bahwa kegiatan pembelajaran sangat penting mengemukakan masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari karena dengan permasalahan tersebut siswa akan dimotivasi untuk menggunakan pikirannya secara kreatif dan belajar intensif. Melalui kegiatan pembelajaran permasalahan ini,siswa di hadapkan pada permasalahan yang harus di pecahkan baik secara individual maupun secara kelompok. Kegiatan pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok siswa di latih kemampuannya secara komprehensif dan integratif dalam berfikir,bersikap, bertindak dan bekerja sama.

Menurut Johnson dan Jhonson (Husein Achmad, dkk.1981) pemecahan masalah sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah kita di haruskan mengenali,mengetahui dan memahami masalah yang jelas. Kriteria identitas masalah seperti : masalah yang di hadapi hendaknya berkaitan dengan lingkungan kehidupan siswa,masalah tewrsebut di pandand penting untuk di pecahkan oleh siswa sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir siswa serta hendaknya masalah itu dapat memotivasi siswa untuk belajar berfikir kritis.

2. Pengembangan Alternatif

Dalam langkah inisiswa di kelompokan menjadi beberapa kelompok,dalam hal ini tergantung banyaknya masalah yang akan di hadapi. Setiap kelompok membahas satu permasalahan dan mengembangkan alternatif pemecahannya.

3. Pengumpulan Data

Sebelum kegiatan pengumpulan data di laksanakan,terlebih dahulu kelompok harus melakukan identifikasi data yang meliputi data yang aka di cari,jenis data dan sumber data.

4. Pengujian Alternatif

Data atau informasi yang telah di kumpulkan olegh siswa akan memiliki makna.

5. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan jawaban atas permasalahan yang di ambil berdasarkan hasil pengujian alternatif jawaban yang di pilih. Dalam hal ini siwa harus bersikap jujur terhadap hasil pengujiannya.



DAFTAR PUSTAKA

 



PENELITIAN KOMPARATIF


A.    Pengertian Penelitian Komparatif

Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.

Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian inidilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.

Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Expost fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudann variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari satu atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab, kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini cenderung menggunakan data kuantitatif.

 Rumusan Masalah Penelitian Komparatif yang digunakan adalah rumusan masalah komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda.

B.     Tujuan Penelitian Komparatif

Tujuan dari penelitian komparatif menurut Dra. Aswani Sudjud (dikutip dari Suharsimi Arikunto, 2006:267) adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea tau prosedur kerja. Dapat juga membadingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara terhadap kasus, terhadap orang, terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide.

Selain itu, penelitian komparatif juga memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:

a.      Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.

b.      Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu.

c.       Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.

d.      Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

 

C.    Langkah-langkah Penelitian Komparatif

Langkah-langkah pokok dalam penelitian komparatif adalah sebagai berikut :

a.       Rumuskan dan definisikan masalah.

b.      Jejaki dan teliti literature yang ada.

c.       Rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai.

d.      Buatlah rancangan penelitian :

·         Pilih subjek yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan.

·         Kategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk memudahkan analisa sebab akibat.

e.       Uji hipotesa, buat interpretasi terhadap hubugan dengan teknik statistic yang tepat.

f.       Buat generalisasi, kesimpulan seta implikasi kebijakan.

g.      Susun laporan dengan cara penulisan ilmiah.

 

Syarat Penelitian komparatif dapat digunakan jika :

1.      Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan

2.      Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor – faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara langsung

3.      Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel bebas ) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat – buat, serta mencegah interaksi secara normal dengan variabel – variabel lain yang berpengaruh

4.      Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan

 

D.    Kelebihan dan Kelemahan  Penelitian Komparatif

Ritz mengidentifikasikan beberapa kelebihan penelitian komparatif yaitu sebagai berikut:

1.      Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan.

2.      Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.

3.      Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan.

           Disamping kelebihan yang sudah dijelaskan diatas, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

1.      Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.

2.      Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang secara aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah penelitian.

3.      Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil, tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil yang ditentukan.

4.      Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari penyebab lain dari kejadian yang lain.

5.      Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit.

6.      Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat.

7.      Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti kelompok berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk tujuan perbandingan, penuh dengan masalah karena kategori ini adalah samar, berubah-ubah, dan bersifat sementara.

8.      Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah tidak memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol.

 

E.  Prosedur Penelitian Komparatif

Penelitian Komparatif, sebagaimana penelitian lainnya dilakukan dalam lima tahap:

1.      Penentuan masalah penelitian, dalam perumusan masalah penelitian atau pertanyaan penelitian, kita berspekulasi dengan penyebab fenomena berdasarkan penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan.

2.      Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti.

3.      Pemilihan kelompok pembanding, dengan mempertimbangkan karakteristik atau pengalaman yang membedakan kelompok harus jelas dan didefinisikan secara operasional (masing-masing kelompok mewakili populasi yang berbeda). Mengontrol variabel ekstra untuk membantu menjamin kesamaan kedua kelompok.

4.      Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

5.      Analisis data, dimulai dengan analisis statistik deskriptif menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya dilakukan analisis yang mendalam dengan statistik inferensial.

Menurut Gay desain dasar penelitian komparatif adalah sangat sederhana dan walaupun variabel bebas tidak dimanipulasi, ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan. Studi komparatif juga melibatkan variasi teknik statistik yang luas.

Desain dasar penelitian komparatif melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda pada beberapa variabel bebas dan membandingkan mereka pada beberapa variabel terikat. Kedua kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki karakteristik yang tidak dimiliki kelompok lain atau satu kelompok memiliki pengalaman yang tidak dimiliki kelompok lain. Atau kedua kelompok berbeda dalam tingkatan; satu kelompok memiliki lebih dari satu karakteristik daripada kelompok lain atau kedua koelompok mungkin memiliki perbedaan jenis pengalaman.

Teknik yang digunakan sebagai analisis data dalam penelitian komparatif yaitu sebagai berikut:

a.       Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistic : binomial dan chi kuadrat satu sampel.

b.      Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run test.

c.       Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu sampel.

 

Contoh Kasus dan Judul Penelitian Komparatif

Permasalahan:

Kompetensi yang dimiliki oleh konselor sangat mempengaruhi kinerja yang dilakukan. Apabila kompetensi yang dimiliki konselor rendah atau kurang baik maka hasil kerja dari kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan perlu dibuktikan kembali keefektifannya.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah telah mengesahkan undang – undang Republik Indonsesia nomor 14 tahun 2005 tetang guru dan dosen bahwa, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat untuk guru dan dosen.

Untuk memperoleh predikat guru professional perlu dilakukannya sertifikasi. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi berupa penilaian dokomen ( portofolio ) dan ada uji kompetensi yang lain yaitu melalui jalur pendidikan profesi selama 1 tahun, ini diperuntukan bagi guru yang berprestasi pada masing – masing daerah. Dari kegiatan sertifikasi tersebut akan tampak kinerja guru.Beberapa permasalahan yang terjadi sekarang dalam kegiatan sertifikasi adalah banyaknya guru yang tidak lulus sertifikasi.

Menurut data yang diperoleh dari dinas pendidikan kabupaten Purbalingga terdapat 35 guru bimbingan dan konseling tingkat SMA Negeri Se Kabupaten Semarang. Diperoleh data pada tahun 2007 sampai pada tahun 2009 terdapat 16 guru bimbingan dan konseling yang lulus sertifikasi, 7 guru yang lulus melalui portofolio dan 9 guru lulus melalui PLPG.

Dari data diatas, sedikit sekali guru bimbingan dan  konseling yang mengikuti dan lulus sertifikasi. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbedaan kinerja guru lulus sertifikasi melalui portofolio dengan PLPG.

Rumusan Masalah     :

1.      Program sertifikasi guru bimbingan dan konseling belum maksimal dalam meningkatkan kinerja guru

2.      Sedikit peserta yang dapat lulus portofolio dan lebih banyak yang lulus melalui PLPG

3.      Peserta yang dapat lulus portofolio belum dapat mengukur kinerja seorang guru bimbingan dan konseling seutuhnya.

Judul                           :

PERBEDAAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING YANG LULUS SERTIFIKASI MELALUI JALUR PORTOFOLIO DENGAN PLPG DI SMA NEGERI SE KABUPATEN SEMARANG

Variabel bebas            :

Guru bimbingan dan konseling yang lulus portofolio (X1) dengan yang ikut PLPG (X2 )

Variabel terikat           :

 Kinerja guru bimbingan dan konseling ( Y )


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Widihastrini, Florentina. 2012. Penelitian Pendidikan SD. Semarang: UNNES.

 



 
Copyright 2013 Lestary's Note