Pengembangan
Keteramplan Berpikir dalam pembelajaran IPA
A.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alama (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang fenomena alam. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip semata
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran IPA merupakan
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari
(Mulyasa,2010:110).
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk, proses dan
Sikap/Nilai. Oleh karena itu, sebagai bagian dari proses pendidikan nasional,
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) agar mampu
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikanya sebagai aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006).
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada penemuan
sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah. Dalam
inkuri, siswa diharapkan kritis menemukan masalah dalam kehidupan dan mencari
penyelesaian secara kreatif. Agar dapat mempelajari IPA secara inkuiri ilmiah,
pada pembelajaran IPA harus didukung dengan keterampilan berpikir. Pembelajaran
IPA harus bersifat hands on dan minds on (Firman & Widodo, 2008).
Proses
pembelajaran IPA tidak cukup dilaksanakan dengan menyampaikan informasi tentang
konsep tetapi juga harus memahami proses terjadinya fenomena IPA dengan
melakukan penginderaan sebanyak mungkin, mengamati peristiwa yang terjadi
secara langsung melalui kegiatan demonstrasi dan eksperimen,serta mencatat
informasi-informasi yang muncul dari peristiwa tersebut. Keterlibatkan siswa
secara aktif melakukan eksplorasi materi pelajaran, mengkonstruksi sendiri
ide-ide yang didapat dari hasil pengamatan dan diskusi, diharapkan siswa dapat
menguasai materi dengan baik dan meningkatkan keterampilan berpikir.
B.
PENGERTIAN
KETERAMPILAN BERPIKIR
Definisi
yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski,
dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide
dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara
bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Berpikir
juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir
juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,
mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau
membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang
ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari
premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan (Anonim, 2010)
Sedangkan Keterampilan
diartikan sebagai kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi semua
tugas-tugas kecakapan, sikap, nilai dan kemengertian yang
semuanya dipertimbangkan
sebagai sesuatu yang pentinguntuk
menunjang keberhasilannya didalam penyelesaian tugas (Rusyadi dalam Yanto :
2005). Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau
cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang
yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan
terampil. Demikian pula apabila seseorang
dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak sapat
dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2).
Jadi dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpikir merupakan kemampuan atau kepandaian mengembangkan
ide dan konsep secara cepat dan tepat melalui
proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di
dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
C. KETERAMPILAN
BERPIKIR DALAM PEMBELAJARAN IPA
Berdasarkan prosesnya berpikir dapat
dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir
rasional yang mengandung sejumlah langkah dari yang sederhana menuju yang
kompleks. Aktifitas berpikir rasional meliputi menghafal, membayangkan,
mengelompokkan, mengeneralisasikan, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis,
mensintesis, mendeduksi, dan menyimpulkan (Novak, 1979). Proses berpikir kompleks
yang disebut proses berpikir tingkat tinggi ada empat macam, yaitu pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Costa,
1985).
Pemecahan
masalah menggunakan dasar
proses berpikir untuk memecahkan kesulitan yang diketahui atau didefinisikan,
mengumpulkan fakta tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi tambahan
yang diperlukan. Selanjutnya menyimpulkan atau mengusulkan alternative
pemecahan dan mengujinya untuk kelayakan. Akhinrya secara potensial mereduksi
menjadi taraf penjelasan yang lebih sederhana dengan menghilangkan
pertentangan, serta melengkapi pengujian pemecahan masalah untuk
menggeneralisasikan.
Yang
penting dalam mengasah keterampilan berpikir memecahkan masalah adalah siswa
dapat merumuskan pernyataan masalah. Masalah pada umumnya dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis yaitu adanya kondisi yang muncul tiba-tiba sehingga muncul
keadaan yang tidak diharapkan. Masalah seperi ini dikategorikan sebagai krisis.
Misalnya, tiba-tiba terjadi sesuatu peristiwa yang tidak diduga. Dari kondisi
ini muncul pernyataan masalah, seperti:
§ Apa sesungguhnya yang terjadi dengan …..
§ Apa yang menyebabkan ………… terjadi …..
§ Dari mana sumbernya ……….sehingga……
Klasifikasi
masalah yang kedua adalah antara kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan
berbeda. Dari sini mucul masalah yang dapat dinyatakan dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan. Misalnya:
§ Kondisi ……. belum sesuai dengan ….
§ Mengapa ……..belum sesuai dengan……?
§ Apa yang menyebabkan ……tidak sesuai dengan…….?
§ Bagaimana membuat ……..agar……?
Masalah
berikutnya yang manusia hadapi adalah ketidaktahuan dan selalu ingin tahu.
Masalah ini dapat dinyatakan dalam contoh berikut:
§ Mengapa ….?
§ Bagaimana …….bisa jadi ……..?
§ Apa yang menyebabkan …..?
§ Apa yang anda ketahui ….?
Pertanyaan
yang sering dibuat oleh guru di kelas bisa jadi masalah. Atau sesungguhnya
adalah soal. Pertanyaan guru sering dilatarbelakangi dengan rasa ingin tahu,
melainkan jawabannya dia sudah mereka ketahui. Guru buat pertnyaan karena ingin
menguji pengetahuan siswa.
Keterampilan
dasar untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuan
bertanya. Dalam riset, mengeksplorasi informasi, atau investigasi
seperti yang polisi lakukan adalah menggunakan W,s +H yang meiliputi:
§ Who is it about? /
Siapa tentang itu?
§ What happened (what’s the
story)? / Apa yang terjadi?
§ Where did it take place? / Di
manakah hal itu terjadi?
§ When did it take place?/ Kapan
hal itu terjadi?
§ Why did it happen?/Mengapa
hal itu terjadi?
§ How did it happen?/Bagaimana
hal itu terjadi?
Berikut
ini model pernyatan tujuan dalam mengembangkan keterampilan siswa
mengembangkan masalah berbasis keterampilan bertanya. Untuk itu guru
perlu mengubah masalah menjadi tujuan dalam pernyataan seperti pada
contoh di bawah ini.
Tujuan;
§ Siswa dapat menerapkan metode berpikir memecahkan
masalah.
§ Siswa dapat menyusun berita yang dikembangkan
berlandaskan W’s +H.
§ Siswa dapat menjelaskan permasalahan dalam
penyusunan karya ilmiah.
Masalah
§ Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa bertanya?
§ Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa enggunakan
metode berpikir memecahkan masalah?
§ Bagaimana cara menyusun berita yang berlandaskan
W’s + H?
§ Bagaimana siswa menggunakan w’s+H dalam mengembangkan
karya ilmiah.
Contoh
merumuskan pernyataan masalah seperti di atas dapat guru gunakan untuk membantu
siswa mempercepat meningkatkan keterampilan bertanya dan merumuskna masalah
dalam kelas.
Pengambilan keputusan menggunakan dasar proses berpikir untuk memilih respon
yang terbaik di antara beberapa pilihan, mengumpulkan informasi yang diperlukan
dalam lingkup topik, membandingkan keuntungan dan kerugian dari alternatif-alternatif
pendekatan, menetukan informasi tambahan yang diperlukan, dan akhirnya
menentukan respon yang paling efektif yang dapat dipertimbangkan.
Berpikir
kritis menggunakan dasar
proses berpikir untuk mengalisis argument dan memunculkan wawasan terhadap
tiap-tiap makna dan interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran yang
kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi.
Akhirnya dapat memberikan model presentasiyang dapat dipercaya, ringkas dan
menyakinkan.
Ciri-ciri
berpikir kreatif, sebagai berikut.
1) Sangat
lancar dalam menjabarkan ide umum ke dalam ide yang spesifik.
2) Sangat
lentur (fleksibel) dalam mengkaji ide dari berbagai sudut pandangan.
3) Terampil
melakukan elaborasi, menambah, dan memperkaya ide menjadi lebih menarik.
4) Bersifat
original dalam menjabarkan ide yang unik.
5) Menggunakan
cara dalam memecahkan masalah.
6) Suka
mempertimbangkan banyak faktor.
7) Terjamin
konsekwenannya.
8) Menggunakan
kiasan (metapor) dalam mencurahkan pikirannya, seperti dalam hal karang
mengarang.
9) Suka
membuat daftar atribut dari sebuah pernyataan melalui gambar-gambar tertentu.
10) Suka
membuat alat yang berfungsi mngecek ide yang disampaikannya
11) Suka
mempertajam hubungan pengetahuan satu dengan yang lainnya.
12) Suka
mengambil resiko dari tanggung jawab yang dipikulnya.
13) Bayangannya
kuat, subur ide, dan kaya konsep.
14) Sangat
kuat dalam membandingkan sesuatu terhadap yang lainnya.
15) Penggambarannya
lengkap .
16) Jenis
kata (morphologis) yang digunakannya tajam.
17) Mudah
menurunkan pertanyaan-pertanyaan.
18) Pertanyaan
dan aktifitasnya bersifat terbuka
Berdasarkan
strategi-strategi pengembangan keterampilan berpikir kritis dan lima kunci
dalam menciptakan atau mengkreasi suasana belajar yang interaktif, maka
model-model pembelajaran yang tampaknya sesuai untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran dalam upaya mempromosikan keterampilan berpikir kritis siswa
antara lain (1) Pembelajaran berbasis masalah; (2) Pembelajaran kontekstual;
(3) Siklus belajar; dan (4) Model pembelajaran sains-teknologi-masyarakat.
Model-model pembelajaran ini akan memberi pengalaman belajar kepada siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.
Berpikir
Kreatif menggunakan dasar
proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan idea atau gagasan yang asli,
estetis, dan konstruktif yang berhubungan dengan pandagan yang menekankan aspek
intuitif sekaligus rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan
untuk memunculkan perspektif asli pemikir.
Secara keseluruhan, aspek dan indikator
keterampilan berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini ditunjukkan pada
tabel berikut:
Aspek KBK
|
Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa
|
Fluency
|
a. Menjawab
dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan;
b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya;
c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan
dari suatu objek atau situasi.
|
Flexibility
|
a. Memberikan
bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah;
b. Jika diberi
suatu masalah biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya;
c. Menggolongkan
hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda.
|
Originality
|
Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk menyelesaikan yang baru
|
Elaboration
|
a. Mencari arti
yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan
langkah terperinci
b. Mengembangkan
atau memperkaya gagasan orang lain;
c. Mencoba/menguji
detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh.
|
Menurut
Munandar USC (1992: 88-92) terdapat ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
diantaranya:
a. Keterampilan
Berpikir Lancar
Ø Definisi
: Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.
Ø Perilaku
siswa : Lancar mengungkapkan gagasan-gagasanya.
b. Keterampilan
Berpikir Luwes (Fleksibel)
Ø Definisi
: Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.
Ø -
Perilaku Siswa : Menerapkan suatu
konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
c. Keterampilan
Berpikir Orisinil
Ø Definisi
: Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik
Ø Perilaku
Siswa: setelah mermbaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan
penyelesaian yang baru.
d. Keterampilan
Memperinci (Mengelaborasi)
Ø Definisi:
Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
Ø -Perilaku
Siswa: menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian)
terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain.
e. Keterampilan
Menilai (mengevaluasi)
Ø Definisi:
Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
Ø Perilaku
Siswa: Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangannya sendiri.
Dalam
belajar sains keterampilan berpikir dapat dikembangkan melalui penguasaan 8
macam keterampilan generic sains (Brotosiswoyo, 2000), yaitu (1) Pengamatan
langsung dan tak langsung; (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale);
(3) bahasa simbolik; (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency)
dari hokum alam; (5) inferensi logika; (6) hokum sebab-akibat (causality); (7)
pemodelan matematika; (8) membangun konsep.
D. PENGEMBAGAN
KETERAMPILAN BERPIKIR DALAM PEMBELAJARAN IPA
Dalam
membelajarkan berpikir ada tiga cara, yaitu teaching
for thinking, teaching of thinking dan teaching
about thingking (Costa, 1985). teaching
for thinking merupakan upaya menbentuk kondisi sekolah dan kelas yanh yang
kondusif untuk mengembangkan kognitif peserta didik sepenuhnya. teaching of thinking merupakan upaya
mengajarkan kepada peserta didik keterampilan dan strategi secara langsung atau
mengimplementasikan satu program atau lebih. teaching
about thinking bermaksud menolong peserta didik menjadi sadar akan proses
kognitif yang dialami oleh mereka dan orang lain, serta kegunaanya dalam
situasi dan masalah kehidupan nyata.
Dimanakah
sesungguhnya kekuatan pembelajaran sains untuk membangun kemampuan berpikir
peserta didik ? Sebagaimana telah dikemukakan pada awal bahasan ini bahwa sains
bertujuan menjelaskan fenomena alam. Melalui sains penjelasan ini bertolak dari
hubungan berpikir raingkaian causal-effect
yang terdapat dalam gejala alam. Untuk menjelaskan hubungan ini peserta
didik belajar peka dalam mengamati pola-pola hubungan dari subjek yang
dipelajari dan berlatih untuk menentukan yang mana “sebab” (causal) dan maan “akibat” (effect). Berarti belajar sains diawali
dengan kemampuan mengamati dari “pengalaman langsung” dan “pengalaman tak
langsung” yang merupakan keterampilan generic sains yang pertama.
Berdasarkan
pengalaman langsung peserta didik berlatih untuk merumuskan pertanyaan tentang
“apakah fenomena yang diamati itu?” “mengapa fenomena itu terjadi?” dan
“bagaiman terjadinya fenomena tersebut?” Inti kegiatan ini adalah inkuiri Sains
(Scientific inquiry), yang membuat
peserta didik terbiasa untuk selalu ingin tahu lebih lanjut tentang apapun yang
terjadi di alam.
Ada
kalanya fenomena alam yang dipelajari berupa “pengalaman tak langsung”, maka
fenomena yang dapat diamati berupa akibat dari adanya hal lain yang perlu
diramalkan adanya. Untuk mencari penjelasan dari fenomena seperti itu, maka
kemampuan peserta didik memprediksikan menjadi kunci keberhasilanya untuk
memecahkan masalahnya. Kemampuan memprediksi ini sangat ditunjang oleh
kemampuan berhipotesis dan kemampuan untuk membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskanya tersebut.
Secara
lengkap ada tujuh macam keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk dapat
menjelaskan fenomena alam (Burmester dalam Lawson,1995), yaitu : (1) menjelaskan
alam secara teliti; (2) merasakan dan merumuskan pertanyaan kausal tentang
alam; (3) mereorganisasi, membuat dan merumuskan hipotesis dan teori
alternative; (4) memunculkan prediksi logis; (5) merencanakan dan melakukan
eksperimen terkendali untuk menguji hipotesis; (6) mengumpulkan,
mereorganisasi, dan menganalisis eksperimen yang relevan serta data yang
berkorelasi ; dan (7) menarik dan menerapkan kesimpulan yang masuk akal.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kekuatan sains terletak pada kemampuan merumuskan
hipotesis, yang memacu dikembangkannya berbagai kemampuan berpikir peserta
didik. Kemampuan ini tidak dapat berkembang pada pembelajaran sains tanpa
eksperimen atau praktikum, seperti halnya pembelajaran sains yang ditemukan di
sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya. Dengan demikian adalah sangat
mendesak untuk melakukan perbaikan sesegera mungkin dalam pelaksanaan
pembelajaran Sains di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2013. Pengertian dan Definisi Keterampilan http://www.kumpulandefinisi.com/2015/06/pengertian-dan-definisi-keterampilan.html
di akses 21 November 2015
BNSP. 2006. Standar
Isi. Jakarta: Depdiknas
Brotosiswoyo, BS. 2000. Kiat Pembelajaran MIPA dan
Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Costa Al. (Ed.). 1985. Developing Minds, A Resource
Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Firman, H & Widodo, A. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Ismienar, Swest. dkk. 2009. Berpikir (Thinking). http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/berpikir-thinking.htm
di akses 21 November 2015
Lawson AE. 1995. Science Teaching and The
Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Co.
Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
0 comments:
Post a Comment