BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah quantum, pada awalnya hanya
digunakan oleh pakar fisika modern menjelang abad 20, kemudian berkembang
secara luas merambat ke bidang-bidang kehidupan manusia lainnya. Dalam bidang
pendidikan, muncul konsep belajar quantum yang berupaya untuk meningkatkan
proses pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun kelompok. Saat ini,
mulai dirasakan bahwa kehidupan individu dan organisasi, bisnis atau social,
sedang menghadapi tantangan global, yakni perubahan besar-besaran dalam music
seluruh aspek, misal sekolah.
Setiap pendididkan selalu berurusan
dengan manusia, karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu
dididik. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikaruniai potensi untuk
selalau menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi
manusia untuk memilih jalur pendidikan untuk meningkatkan potensi belajarnya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum,
dan dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulum,
pada suatu sisi guru adalah pengembang kurikulum, sedangkan pada sisi lainnya
guru adalah pembelajar siswayang secara aktif membelajarkan siswa sesuai dengan
kurikulum sekolah.
Pada hakekatnya, mengajar itu adalah
suatu proses dimana pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar
terjadi kegiatan belajar yang bsrdaya guna,. Untuk mengatasi problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran,tentu diperlukan model-model mengajar. Model mengajar
adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan
kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran,
perlengkapan belajar, pelajaran, bulu-buku kerja, program multimedia, dan
bantuan belajar melalui program computer.
Ada banyak model pembelajaran yang
dapat memudahkan guru melaksanakan tugas utama sebagai agen pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang terkenal adalah model pembelajaran kuantum. Quantum Learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan
proses pembelajaran lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang
terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan, Quantum Learning merupakan
belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala interaksi
dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas.
Secara sederhana, pembelajaran
kuantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai
interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan
hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa
dapat belajar secara mudah dan alami.
Jika sejenak membayangan kelas,
ruang kuliah ataupun ruang tempat siswa siswa belajar dan kemudian didalamnya
terdengar suara dengungan para siswa yang tertarik dan memperhatikan guru saat
menerangkan pokok pelajaran, tangan-tangan teracung dengan antusias,
tubuh-tubuh condong kedepan penuh rasa ingin tahu dan gemuruh sukaria penuh
dengan perayaan. Maka akan ada rasa keriangan berbagi wawasan dan kehangatan
saling tukar perkataan yang menyemangati para siswa. Keadan ini adalah meupakan
efek yang muncul dari pemakaian Quantum
Learning.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian dari Quantum Learning?
2.
Apakah Karakteristik Quantum Learning ?
3.
Apakah Tujuan Quantum Learning?
4.
Bagaimanakah penerapan Quantum Learning pada pembelajaran IPA
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Quantum Learning
2.
. Mengetahui
karakteristik Quantum Learning
3.
Mengetahui tujuan Quantum Learning
4.
Mengetahui penerapan Quantum Learning pada pembelajaran IPA
D. Manfaat
1.
Meningkatkan
keterampilan guru dalam mengajar menggunakan Strategi Quantum Learning
2.
Menambah wawasan
tenntang strategi Quantum Learning
3.
Menumbuhkan sikap ingin
tahu dalam mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Quantum Learning
Pengertian
quantum learning ini sendiri berawal dari upaya Dr.Georgi Lozanov (dalam
DePorter, 2000), seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan “segestology” atau “sugestopedia”. Prinsipnya bahwa sugesti itu dapat
dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun itu
dapat memberikan sugesti positif
atau negatif. Pembelajaran
kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning. “Quantum
Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar
yan1g dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai
suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” (Bobbi DePorter & Mike
Hernacki, 2011:16 ). Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting
dalam program neurolingustik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana
otak mengatur informasi, program ini meneliti tentang hubungan antara bahasa
dan prilaku dan dapat di gunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara
siswa dan guru para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan–tindakan positif
merupakan faktor penting untuk meransang fungsi otak yang paling efektif.
Kolaborasi antara Dr. Paul Maclean,
Dr. Joseph LeDoux dan Daniel Goleman menyatakan bahwa ketika otak menerima
ancaman atau tekanan kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil otak di
bajak oleh emosional. Teori ini menyatakan bahwa belajar hendaknya
melibatkan emosi siswa. Prinsip ini di bangun dari konsep otak triune yang menjelaskan
bahwa setiap informasi akan menuju ke otak tengah ia berfungsi sebagai pusat
pengarah dan yang mengendalikan emosi. Jadi jika siswa yang belajar dengan
emosi yang positif maka siswa dapat mengingat dengan baik, maka memasukkan
musik, ilustrasi, permainan dan iringan lagu emosi akan terlibat dengan positif
sehingga orang akan belajar lebih baik. Jika tanpa keterlibatan emosi, kegiatan
saraf otak itu kurang dari yang membutuhkan untuk merekatkan pelajaran ke
dalam ingatan.
Dengan demikian, Quantum Learning
dapat dikatakan sebagai strategi pembelajaran yang menekankan untuk
memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan
dari peserta didik atau siswa.
B.
Karakteristik Quantum Learning
Selanjutnya, Bobbi DePorter &
Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai karakterisitik dari pembelajaran
kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut.
1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada
psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan
konsep kuantum dipakai.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat
humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat
konstruktivis, bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau
maturasionistis.
4. Pembelajaran kuantum berupaya
memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor
potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental)
sebagai konteks pembelajaran.
5. Pembelajaran kuantum memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi
makna.
6. Pembelajaran kuantum sangat
menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7. Pembelajaran kuantum sangat
menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan
atau keadaan yang dibuat-buat.
8. Pembelajaran kuantum sangat
menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
9. Pembelajaran kuantum memiliki model
yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi
suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan
atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
10. Pembelajaran kuantum memusatkan
perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup,
dan prestasi fisikal atau material.
11. Pembelajaran kuantum menempatkan
nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
12. Pembelajaran kuantum mengutamakan
keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan
totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
C. Tujuan Quantum Learning
Menurut Bobbi DePorter & Mike
Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum
learning) adalah sebagai berikut.
a. Untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
b. Untuk
menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
c. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa
yang dibutuhkan oleh otak.
d. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup
dan karir.
e. Untuk membantu mempercepat dalam
pembelajaran
Tujuan di atas,
mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan perubahan dari berbagai
bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang
menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, serta
mengefisienkan waktu pembelajaran.
Menurut
Kompasiana (2010) Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri dari
lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa
melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian
pada penataan meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu
dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di
masyarakat. Mereka diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang
diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat.
Selain itu, Bobbi
DePorter,et al., (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan dalam konteks
panggung belajar. “Lingkungan yaitu cara guru dalam menata ruang kelas,
pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal
yang mendukung proses belajar”.
Jadi, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kuantum sangat memperhatikan pengkondisian suatu kelas
sebagai lingkungan belajar dari peserta didik mengingat model pembelajaran
kuantum merupakan adaptasi dari model pembelajaran yang diterapkan di luar
negeri.
D.
Pengembangan Strategi Quantum Learning
pada pembelajaran IPA
1. Metode TANDUR
Agar proses pembelajarn dengan model
quantum learning ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui
tahap- tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka rancangan Quantum Learning TANDUR yaitu :
a. Tahap pertama:
Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus
menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa
merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan
pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata.
b. Tahap Kedua : Alami
Guru memberika pengalamn kepada
siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman
membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakn beberaap pertanyaan dalam
benak mereka. Saaat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan inforamasi untuk
memaknai pengalamn tersebut. Inforamsi ini membuat yang abstrak menjadi
konkrit.
c. Tahap Ketiga : Namai
Setelah membuat siswapenasaran,
penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan
keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi,
fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn kata kunci,
konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
d. Tahap Keempat : Demonstrasi
Guru diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untukmenunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan
peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
pembelajaran yang lain dank e dalam kehidupan mereka serta mampu mempergakan
tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan ynag baru saja mereka miliki.
e. Tahap Kelima : Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk
mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunaka
cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan
menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan pelajar
cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
f.
Ahap Keenam: Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya
untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang
dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi
motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian,
bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.
2. Metode AMBAK
a.
A : Apa yang dipelajari
Guru hanya menetapkan apa saja yang
akan dipelajari, anak didiklah yang menetukan tema sesuai minat masing-masing.
Sebagai contoh pada pelajaran menggambar, guru hanya menentukan pelajaran
menggambar dan para anak didiklah yang menentukan tema gambar yang akan di
buatnya.
b.
M : Manfaat
Guru memberikan penjelasan tentang
apa manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran.
c.
BAK : Bagiku
Bagiku artinya metode yang terkait dengan
penjelasan guru kepada siswa tentang apa manfaat yang diperoleh siswa di masa
yang akan datang setelah mempelajari bahan yang akan di ajarkan guru.
Metode AMBAK adalah cara mengawali kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu
memberikan penjelasan tentang apa yang akan dipelajari dan memberikan pemahaman
dan penyadaran kepada siswa tentang manfaat besar yang akan didapat siswa.
E. Contoh
Pembelajaran dengan Quantum Learning
Tahapan Metode TANDUR
|
Penjelasan
|
Contoh Kegiatan
|
T =Tumbuhkan
|
Guru harus menum-buhkan motivasi
dan minat siswa untuk belajar
|
·
Guru menyajikan media yang berkaitan dengan benda padat,
cair, dan gas.
·
Guru memberikan beberapa pertanyaan yang dapat
menumbuhkan minat siswa. Adapun pertanyaan tersebut antara lain:
1. Anak-anak ibu membawa satu botol
air, jika air ini ibu tuangkan dalam sebuah mangkok, bagaimana bentuk air
dalam mangkok? Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
2. Anak-anak jika balon ditiup,
apa yang akan terjadi? Jika kemudian balon dikempeskan, apa pula yang
akan terjadi? Apakah kalian tahu apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi ?
|
A=Alami
|
Guru memberikan penga-lamn kepada
siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman
membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam
benak mereka
|
·
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen
sesuai dengan jumlah siswa.
·
Guru memberikan tugas kepada siswa berupa LKS (Lembar
Kerja Siswa) untuk dikerjakan pada masing-masing kelompok.
·
Siswa melakukan langkah-langkah kegiatan percobaan yang
ada dalam LKS bersama kelompoknya.
|
N=Namai
|
Setelah membuat siswapenasaran,
penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan
keingin-tahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan
|
·
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan bersama
kelompoknya
·
Siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS bersama
kelompoknya secara teliti
|
D=Demonstrasi
|
Guru diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
|
·
Guru melakukan penilaian proses pada saat siswa melakukan
diskusi kelompok.
·
Selesai mengerjakan LKS, salah satu wakil kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
·
Kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi yang telah dipresentasikan.
·
Guru sebagai moderator memberikan tanggapan terhadap hasil
diskusi yang telah disampaikan.
|
U=Ulangi
|
Siswa diberi kesempatan untuk
mengajarkan pe-ngetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan meng-gunaka
cara yang berbeda dari asalnya.
|
·
Guru membahas kembali hasil diskusi yang telah
disampaikan.
·
Bila ada hasil diskusi yang kurang tepat, guru memberikan
perbaikan.
·
Guru meminta salah satu siswa untuk mengulangi, hasil
diskusi yang telah diperoleh atau yang telah disampaikan tadi.
·
Guru memberikan evaluasi atau penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan.
|
R=Rayakan
|
Pada langkah terakhir ini, saatnya
untuk mem-berikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang
dilakukan dengan perayaan.
|
·
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang
menunjukkan sikap positif selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan
pujian atau reward berupa tepuk tangan serta tanda penghargaan.
|
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat
2.
Karakteristik Quantum
Learning diantaranya Pembelajaran
kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan
mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran
3.
Tujuan Pembelajaran
Quantum adalah menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, menciptakan proses belajar yang
menyenangkan,
menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.,membantu
meningkatkan keberhasilan hidup dan karir, membantu mempercepat dalam pembelajaran
4.
Kerangka Rancangan
Belajar Quantum Teaching dikenal sebagai TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demontrasikan, Ulangi, Rayakan) dan juga Metode AMBAK (A : Apa yang dipelajari, M
: Manfaat, BAK : Bagiku).
B. Saran
1.
Penerapan Quantum Learning perlu ditingkatkan mengingat
siswa akan berminat mengikuti pembelajaran bila siswa tersebut menyukai
pelajaran tersebut
2.
Peningkatan keterampilan guru dalam mengajar salah satunya
dengan strategi Quantum Learning
3.
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sesuai dengan
karakteristik masing-masing siswa
Daftar
Pustaka
Bobbi Deporter & Mike Hernacki, Quantum
Learning , Bandung: Kaifa, 2010
Bobbi Deporter, Mark Reardon & Sarah
Singer-Nourie, Quantum Teacing Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang
Kelas , Bandung: Kaifa, 2000
http://jurnal.umk.ac.id/jurnal/2010/sosbud%20Juni%202010/QUANTUM%20%20TEACHING.pdfhttp://www.docstoc.com/docs/21312137/PENERAPAN-METODE-QUANTUM-LEARNING-UNTUK-MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR. Diakses pada 17 Oktober 2015
0 comments:
Post a Comment