A.
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Perkembangan intelektual dikenal juga dengan istilah
perkembangan kognitif, sedangkan intelektual itu sendiri menurut Jean Piaget
berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu intellect, yang berarti akal budi
yang berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses berfikir yang lebih
tinggi (Bybee dan Sund, 1982). Sedangkan intelligence atau intelegensi menurut
Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berfikir
dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti
berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget membagi perkembangan
intelek/kognitif menjadi 4 tahapan, yaitu:
1.
Tahap
sensori-motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak
berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh
kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan
perwujudan proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut, sedangkan
sensori-motoris itu sendiri adalah saraf-saraf yang terdapat pada setiap
manusia. Bayi yang baru lahir sangat bergantung kepada orang dewasa
disekitarnya. Ia tidak tahu sedikit pun tentang dunia tempat ia terdampar. Ia
sadar akan perubahan disekitarnya, misalnya perubahan suhu, perasaan diangkat
dan digendong, sejumlah suara, sinar terang dan kedekatan tubuh manusia
lainnya. Tetapi ini semua adalah pengalaman yang tidak bisa dikendalikannya
walaupun dapat bereaksi terhadap beberapa situasi tadi dengan sedikit gerakan, karena
system sarafnya belum cukup berkembang untuk memberinya kendali atas tubuhnya. Kendali
ini diperoleh dalam jumlah tertentu selama dua belas bulan berikutnya dan
pencapaian kendali ini adalah perhatian yang utama selama tahun tersebut.
2.
Tahap
Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini juga disebut tahap intuisi, sebab perkembangan
kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif.
Artinya semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh
unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari
orang-orang bermakna, dan lingkungnan sekitarnya. Pada tahap ini anak sangat
bersifat egosentris, sehingga sering mengalami masalah dalam berinteraksi. Pada
tahap ini pula anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama
yang berhubungan eret dengan dengan kebutuhan mereka.
3.
Tahap
Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap
ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai
berkembang rasa ingin tahunya.
Pada tahap ini,interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya
sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin
berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan
pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih
objektif.
4.
Tahap
Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak usia 11 tahun keatas. Pada masa
ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang
merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah
berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Interaksinya
dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanyadan bahkan
berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini
tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun,
sebenarnya diam-diam mereka juga mengharapkan perlindungandari orang tua karena
belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini
ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
B. HUBUNGAN
INTELEK DENGAN TINGKAH LAKU
Intalegensi menurut Piaget
merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif yang terarah terhadap kontak dengan lingkungan. Apa yang
dikatakan oleh Piaget ini kenyataannya memang benar, sebab organisme tidak pernah
terpisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam penerima yang pasif.
Interaksi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat interaksi
timbal balik hanya dalam bentuk interaksinya juga, setiap perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil
dialegtis pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungannya
C. KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN INTELEK/KOGNITIF
Ada pun karakteristik setiap
tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Karakteristik sensori-motoris dengan tahap:
a. Fase pertama (0-1 bulan)
memiliki karakteristik: individu mampu bereaksi secara refleks; individu mampu
menggerak-gerakan anggota badan meskipun belum terkoordinir; individu mampu
masimilasi dan meakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
b. Fase kedua (1-4 bulan)
memiliki karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang dimilikinya
berdasar kan hereditas.
c. Fase ketiga (4-8 bulan)
memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan antara
perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d. Fase keempat (8-12 bulan)
memiliki karakteristik: individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun
untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi diwaktu lain; individu mulai
mampu mencoba sesuatu; individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa
tergantung kepada orang tua.
e. Fase kelima (12-18 bulan)
memiliki karakteristik: individu mulai mampu untuk meniru; individu mampu untuk
melakukan berbagai cobaan terhadap lingkungannya secara lebih lancar.
f. Fase keenam (18-26 bulan)
memiliki karakteristik: individu mulai mampu untuk mengingat dan berfikir; individu
mampu untuk berfikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana; individu
mampu befikir untuk memecahkan masalah sederhan sesuai dengan tingkat
perkembangannya; individu mampu memhami diri sendiri sebagai individu yang
sedang berkembang.
2.
Karakteristik tahap praoperasional, ditandai dengan karakteristik :
a. Individu telah
mengombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi.
b.
Individu telah
mampu mengemukakan alasan menyatakan ide.
c. Individu telah mengerti
adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret. Cara berfikir
individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku: befikir imajinatif;
berbahasa egosentris; memiliki ego yang tinggi; menampakan dorongan ingin tahu
yang tinggi; perkembangan bahasa mulai pesat.
3.
Karakteristik tahap operasional konket. Tahap oprasional konkret ditandai
dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang
tempak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
4.
Karakteristik tahap oprasional formal. Tahap operasional formal ditandai dengan
karakteristik menonjol sebagai beriku.
a. Individu dapat mencapai
logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
b.
Individu mulai
mampu mampu berfikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
c.
Individu mulai
mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.
d. Individu bahkan mulai
mampu membuat perkiraan (forecasting)
dimasa depan.
e. Individu mulai mampu untuk
mengintropeksi diri sendiri seehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
f. Individu mulai mampu
membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
g. Individu mulai mampu untuk
menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan
seseorang dalam masyarakat tersebut.
D. FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERKEMBANGAN INTELEK KOGNITIF
1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak
telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara
potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan
berfikir setaraf normal, di atas normal, atau dibawah normal. Namun, potensi
ini tidak berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak
member kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat
menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang
sangat penting perannya dalam memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu
keluarga dan sekolah.
a.
Keluarga. Intervensi
yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan
pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki
informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berfikir. Cara-cara
yang digunakan, misalanya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan
ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak
dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat
yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Member kesempata atau
pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b. Sekolah,
adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini, guru
hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya.
Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut: menciptakan interaksi atau
hubungan yang akrab dengan peserta didik; memberi kesempatan kepada para
peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang alih dan berpengalaman dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual
anak; menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan
olahraga maupun menydiakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan
berfikir peserta didik; meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik
melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para
peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya.
E. DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad. 2000. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Didik). Bandung: Bumi Aksara
Sunarto . 1999 . Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparwoto, dkk. 2007.
Psikologi Perkembangan. Semarang:
Unnes Press
0 comments:
Post a Comment