Friday, March 11, 2016

“Peran Guru dalam Pembelajaran IPA”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses pendidikan seseorang salah satunya diperoleh melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah termasuk didalamnya pembelajaran konsep-konsep IPA Banyak komponen yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain: tujuan, bahan atau materi yang dipelajari, strategi pembelajaran, siswa dan guru sebagai subjek belajar, media pembelajaran dan penunjang proses pembelajaran. Komponen komponen tersebut saling terkait satu sama lain sehingga melemahnya satu komponen akan menghambat pencapaian. Salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah keberadaan guru.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA harus dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry), ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah, bersikap ilmiah dan dapat mengkomunikasikannya sebagai komponen penting dalam kecakapan hidup. Inkuiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung pada siswa. Pembelajaran berbasis inkuiri ini akan membawa dampak belajar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pembelajaran ini, siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak. Siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan yang bersifat ilmiah. Dalam hal ini siswa dapat memperoleh kesempatan untuk mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis yang dilakukan dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis dan dapat merumuskan sendiri penemuannya. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran inkuiri ini, diperlukan guru yang memiliki kompetensi professional mengajar dan kompetensi pedagogik yang baik. Dalam makalah ini akan disajikan apa peran guru dalam pembelajaran IPA.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran guru dalam pembelajaran IPA?
C. Tujuan
Memahami peran guru dalam pembelajaran IPA.
BAB II
PEMBAHASAN

Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sebagai orang yang bertanggungjawab mendidik para siswanya menjadi manusia seutuhnya tentu ada berbagai peran yang harus dilakukan guru. Adapun peran-peran guru dalam pembelajaran khususnya IPA, antara lain:
1. Peran Guru sebagai Pendidik dan Pengajar
Peran guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan satu kesatuan. Guru harus senantiasa menyadari bahwa tugas pokok guru selain sebagai agen ilmu-ilmu sesuai dengan mata pelajaran yang di ampuh tetapi juga harus turut mendidik peserta didik melalui penanaman nilai-nilai positif untuk membentuk karakter-karakter positif. Pembentukan karakter-karakter positif ini tentu saja diharapkan akan mampu menghadapi tantangan-tantangan hidup dimasa mendatang.
Sebagai pengajar, seorang guru harus menampilkan pribadinya sebagai cendikiawan (Scholar) dan sekaligus juga sebagai pengajar (Teacher). Untuk itu, yang bersangkutan harus mampu menguasai:
- Bidang disiplin ilmu (Scientific Dicipline) yang akan diajarkannya baik aspek substansinya maupun metodologi penelitian dan pengembangannya.
- Cara mengajarkannya kepada orang lain atau cara mempelajarinya.
- Memiliki wawasan dan pemahaman tentang seluk beluk kependidikan, dengan mempelajari: Filsafat pendidikan, sejarah pendidikan, sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan.

2. Peran Guru sebagai Fasilitator.
Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator, seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan Guru merupakan agen pengetahuan (bukan pemilik pengetahuan). Ia memastikan siswa memperoleh cukup informasi dan pengetahuan, baik melalui penjelasan atau kegiatan yang dirancangnya maupun melalui sources yang ia rekomendasikan. Guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya. Siswa akan belajar dengan baik apabila:
1.      Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
2.      Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
3.      Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
4.      Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
5.      Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa

Di samping itu, guru seyogyanya dapat memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa, diantaranya:
1.      Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda-beda
2.      Setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannnya sendiri
3.      Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannnya
4.      Apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya cenderung akan menilai lebih rendah dari kemampuan sebenarnya
5.      Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat kongkrit dan praktis
6.      Siswa lebih suka menerima saran-saran daripada diceramahi
7.      Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman (punishment).

Fungsi fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.
2. Menyediakan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si murid jalan atau tidak. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, di bawah ini dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses:
1. Mendengarkan dan tidak mendominasi.
Siswa merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan agar siswa dapat aktif.
2. Bersikap sabar.
Aspek utama pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Jika guru kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampas kesempatan belajar siswa.
3. Menghargai dan rendah hati.
Guru berupaya menghargai siswa dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka.
4. Mau belajar.
Seorang guru tidak akan dapat bekerja sama dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami atau belajar tentang mereka.
5. Bersikap sederajat.
Guru perlu mengembangkan sikap kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh siswanya.
6. Bersikap akrab dan melebur.
Hubungan dengan siswa sebaiknya dilakukan dalam suasana akrab, santai, bersifat dari hati ke hati (interpersonal realtionship), sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan guru.
7. Tidak berusaha menceramahi.
Siswa memiliki pengalaman, pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba tahu, tetapi berusaha untuk saling berbagai pengalaman dengan siswanya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya diantara keduanya.
8. Berwibawa.
Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan siswanya, sehingga siswa akan tetap menghargainya.
9. Tidak memihak dan mengkritik.
Di tengah kelompok siswa seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini, diupayakan guru bersikap netral dan berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
10. Bersikap terbuka.
Biasanya siswa akan lebih terbuka apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar.
11. Bersikap positif.
Guru mengajak siswa untuk mamahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap siswa adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan

3. Peran Guru sebagai Pengembang Sikap Ilmiah
Dalam pembelajaran IPA guru berperan sebagai wakil dari para ilmuwan untuk mengembangkan konsep-konsep ilmiah (science). Para ilmuwan memperoleh konsep-konsep science melalui prinsip metode ilmiah. Sikap ilmiah tersebut harus dirasakan oleh siswa untuk mendapatkan pelajaran yang bermakna sehingga dapat mencapai literacy sains atau Scientific Literacy, menurut PISA (Programe for International Student Assesment). Literacy Sains adalah kemampuan untuk menggunakan kemampuan ilmiah mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam
Pengembangan sikap-sikap ilmiah ini tentu akan membantu dalam penanaman karakter-karakter yang positif bagi siswa. Adapun pengembangan sikap ilmiah yang dapat dilakukan guru adalah dengan seringnya melakukan praktikum atau demonstrasi tentang suatu konsep ilmiah yang terangkum dalam Keterampilan Proses Sains (KPS).

4. Peran Guru sebagai Manager
Kemampuan manajer yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan dalam mengelola kelas dalam proses pembelajaran guru harus berperan sebagai manager. Guru senantiasa harus menambah wawasan supaya proses belajar mengajar berjalan secara efektif sehingga siswa mudah untuk menerima konsep-konsep ilmu yang diinginkan. Berikut ini pilar utama peranan guru sebagai manager.
a. Perencanaan
Perencanaan dalam proses pembelajaran adalah unsur yang sangat penting sekaligus merupakan syarat pokok bagi guru sebagai seorang manager. Adapun yang termasuk perencanaan bagi seorang guru adalah membuat administrasi guru seperti Silabus, RPP, Program tahunan, Program Semester, Analisis, Pemetaan sk-kd, Analisis tujuan mata pelajaran, analisis SKL, analisis KKM.
b. Pengorganisasian
Setelah perencanaan dibuat dengan matang maka selanjutnya guru harus melakukan pengorganisasian kelas. Dalam proses pembelajaran guru harus mengorganisasi siswa-siswinya untuk mau terlibat dalam kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai.
c. Pengendalian
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
1) Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
d. Pengawasan
Guru harus mempunyai kemampuan sebagai pengawasan dengan tujuan supaya semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Pengawasan juga berfungsi untuk mengetahui apakah semua kegiatan pembelajaran telah memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan target diinginkan
e. Kepemimpian
Seorang guru yang berperan sebagai manager harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Kemampuan memimpin yang dimaksud adalah bagaimana guru memiliki keahlian memimpin siswa-siswanya, mengarahkan, serta mempengaruhinya supaya terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

5. Peran Guru sebagai Motivator
Selain memiliki kemampuan mengajar yang baik, seorang guru harus mempunyai kemampuan sebagai seorang motivator untuk kemajuan siswa-siswanya. Prinsip utama seorang motivator adalah memberikan ide dan gagasan kepada orang lain agar mereka tergerak untuk berbuat sesuatu yang lebih positif. Sebagai contoh dalam pembelajaran IPA sering dijumpai siswa-siswa menemukan kendala dalam memecahkan suatu permasalahan atau nilai hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan padahal meraka sudah berusaha belajar atau mempelajari konsep-konsep tersebut. Disinilah guru harus berperan sebagai motivator yaitu memberikan semangat-semangat
kepada siswa.
Beberapa petunjuk umum bagi guru sebagai motivator yaitu :
a. Mempelajari tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.
d. Memberikan pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
e. Memberikan penilaian terhadap setiap ulangan atau tugas yang diberikan
f. Memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Menciptakan persaingan dan kerjasama antar siswa.
Adakalanya motivasi juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, tugas yang menantang, dll. Tetapi cara-cara motivasi seperti itu lebih baik dihindarkan selama cara-cara positif masih ada.

6. Peran Guru sebagai Evaluator
Dalam proses pembelajaran pada akhirnya guru harus dapat melakukan penilaian (evaluasi). Guru tidak menekankan hasil tetapi lebih menekankan pada proses. Semisal dengan cara memberikan siswa persoalan yang belum pernah ditemui sebelumnya, amati dan bagaimana mereka mengkonseptualisasikannya, dan teliti bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Pendekatan murid terhadap persoalan itu lebih penting dari pada jawaban akhir yang diberikannya.
a. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Siswa
Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa, evaluasi memegang peranan yang sangat penting. Sebab, melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarnya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencapai standar minimal, sehingga perlu diberikan program remedial.
Sering seorang guru beranggapan bahwa evaluasi sama dengan melakukan tes, artinya guru telah melakukan evaluasi manakala ia telah melaksanakan tes. Hal ini kurang tepat, sebab evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi. Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan makna tersebut.
Kelemahan yang sering terjadi sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan siswa terbatas pada hasil tes yang biasa dilakukan secara tertulis, akibatnya sasaran pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi soal-soal yang biasa keluar dalam tes.

b. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Guru
Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk siswa, akan tetapi dapat digunakan untuk menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi apakah guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan atau belum, apa sajakah yang perlu diperbaiki. Evaluasi untuk menentukan keberhasilan guru tentu saja tidak sekompleks untuk menilai keberhasilan siswa, baik dilihat dari aspek waktu pelaksanaan maupun dilihat dari aspek pelaksanaan. Biasanya evaluasi ini dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, atau yang biasa disebut dengan post-tes.










BAB III
PENUTUP
Guru merupakan salah satu komponen situasi belajar. Keadaan guru dapat mempengaruhi hasil belajar. Guru melakukan pendorong dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran IPA antara lain guru sebagai pendidik dan pengajar, fasilitator, pengembang sikap ilmiah, penanam pandangan kontruktivisme, manager, motivator dan evaluator. Guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.





















DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sediono.2010.SCIENCE Classroom Supervision.Bandung: SEAMEO QITEP.
Carin. Arthur, A.1997.Teaching Modern Science 7th Edition.Ohio: meril an imprint of
Prentice Hall.
Dahar. Ratna Willis.1996.Teori-Teori Belajar.Jakarta:Erlangga.
Komariah.Mari.2012.Penerapan Model ACHL dalam Meningkatkan Minat, Aktifitas,
Kreatifitas  dan Hasil Belajar Siswa.Cirebon:Java Net.
Lusita, A.2012.Jurus Sukses Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif danInovatif.Yogyakarta:

arakso.
Rusydie. Salman.2012.Kembangkan Dirimu jadi Guru Multi Talenta.Yogyakarta:diva press.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/06/peran-guru-dalam-proses-pendidikan]
 
Copyright 2013 Lestary's Note