Saturday, March 12, 2016

Sumber Belajar

1.        SUMBER BELAJAR

A.   PENDAHULUAN

Sumber Belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Sumber belajar terdiri atas pesan ( segala informasi dalam bentuk ide, fakta, dan data yang disampaikan kepada anak didik), orang (manusia yang berperan sebagai penyaji dan pengolah pesan, seperti : guru, nara sumber, yang dilibatkan dalam kegiatan belajar, bahan (perangkat lunak yang berisi pesan-pesan), alat (perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan), teknik (prosedur yang dipakai untuk menyajikan pesan), dan lingkungan (kondisi dan situasi dimana kegiatan pembelajaran itu terjadi). (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:197).

Melalui penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar yang beragam, baik dari kategori yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan utilization, pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal, efektif, dan efisisen. Oleh karena itu, seorang guru / pendidik diharapkan mengetahui berbagai jenis sumber belajar, sehingga dapat mendayagunakannya untuk kepentingan belajar dan pembelajaran.
Secara sederhana sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dijadikan sumber belajar untuk mempelajari IPA. Sumber belajar berbeda dengan media belajar. Media pembelajaran adalah segala jenis sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan hal alat yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar sehingga pemanfaatannya mengacu pada tujuan, materi, pendekatan, dan metode pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Charta, model, benda asli, over head projector (OHP), dan multimedia adalah beberapa contoh media pembelajaran yang banyak digunakan dalam pelajaran IPA. Manusia (narasumber), bahan pengajaran, situasi belajar (lingkungan), alat dan perlengkapan belajar, aktivitas (teknik), dan pesan merupakan sumber-sumber belajar yang tidak termasuk media pembelajaran. Dengan demikian sumber belajar sifatnya lebih luas dibandingkan dengan media pembelajaran.

B.   PENGERTIAN DAN JENIS SUMBER BELAJAR

1.   PENGERTIAN

Berdasarkan paparan yang dikemukakan Association for Education and Communication Technology (AECT) (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:199). Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar, temasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat, tetapi juga mencakup tenaga, biaya  dan fasilitas. Dalam kegiatan belajar, sumber belajar dapat digunakan, baik secara terpisah maupun terkombinasi, sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi yang harus dicapainya.
Sumber belajar sebagai komponen instruksional terdiri atas komponen orang (sumber daya), isi pesan, bahan, alat, teknik, dan latar/ lingkungan. (Miarso, 2004 : 77).
Menurut (Donald P. Ely  1978 :3 dalam Warsita, 2008 : 210) sumber belajar adalah data, orang, dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar.
Sumber belajar meliputi semua sumber yang berkenaan dengan data, manusia, barang-barang yang memungkinkan dapat digunakan secara terpisah atau kombinasi, yang oleh peserta didik biasanya digunakan secara optimal untuk memberikan fasilitas dalam kegiatan belajar (Kenneth silber, 1997 : 8 dalam Warsita, 2008 : 211).
Sumber belajar disebut sebagai satu set bahan atau situasi yang dengan sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar mandiri ( Percival dan Ellington, 1988 : 8 dalam Warsita, 2008 : 211)
Sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Oleh karena itu, dalam pemilihan sumber belajar yang baik, perlu memperhatikan beberapa kriteria, yaitu : ekonomis, praktis dan sederhana, mudah diperoleh, bersifat fleksibel (luwes), dan komponen-komponennya sesuai dengan tujuan pembelajaran (Rohani, 1997 : 112 dalam Warsita, 2008 : 211).
Edgar Dale (dalam Rohani, 2004: 162) berpendapat bahwa yang disebut sumber belajar itu pengalaman. Ia mengklasifikasikan pengalaman yang dapat dipakai sebagai sumber belajar menurut jenjang tertentu yang berbentuk Cone of experience atau kerucut pengalamn yang disusun dari yang konkret sampai yang abstrak yang tercantum dalam Audio Visual Methods in Teaching.

2.   JENIS SUMBER BELAJAR

Ditinjau dari tipe atau asal-usulnya, menurut warsita, (2004: 212) sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a.       Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contohnya, buku pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, program audio pembelajaran, transparansi, CAI (Computer Asisted Instruction), programmed instruction dan lain-lain.
b.      Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak khusus dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya : suarat kabar, siaran televisi, pasar, sawah, waduk, pabrik, museum, kebun binatang, terminal, pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan dan lain-lain.
Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6 (enam) jenis (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:200), yaitu :
Kategori
Sumber Belajar
Pengertian
Contoh
Dirancang
Dimanfaatkan
 Pesan
Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pengertian, data.
Bahan-bahan pelajaran sains, Pengetahuan Sosial, Bahasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, dll.
Cerita rakyat, dongeng, nasihat, hikayat, dll.
2.    Manusia/Orang
Orang yang menyimpan informasi tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.
Guru, instruktur, siswa, (tidak temasuk teknisi dan tim kurikulum).
Nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, petani, dokter, dsb.
3.    Bahan
Sesuatu, bisa disebut software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat.
Transparansi, film, slides, tape recorder, buku, gambar, grafik, yang memang dirancang untuk pembelajaran.
Relief, candi, arca, komik, dll.
4.    Peralatan
Sesuatu bisa disebut hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software.
OHP, poyektor, slides, TV, kamera, papan tulis.
Generator, mesin, alat-alat, bubut, mesin jahit, mobil, motor, obeng, dll.
5.    Teknik/metode
Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang yang menyampaikan pesan.
Ceramah, tanya jawab, penugasan, sosiodrama, simulasi, diskusi, demontrasi eksperimen.
Permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat.
6.    Lingkungan
Situasi sekitar dimana pesan disalurkan.
Ruangan kelas, Perpustakaan, aula, yang dirancang untuk pembelajaran.
Taman, kebun, pasar, toko, museum,teropong bintang.


C.   KLASIFIKASI SUMBER BELAJAR
Menurut warsita, (2004:209) sumber belajar itu meliputi pesan (message), orang (people), bahan (materials/software), alat (devices/hardware), teknik (technique), dan lingkungan (setting).
 AECT (Association of Communication Technology) melalui karyanya The Definition of Educational Technology (1977) (dalam Rohani, 2004 : 164) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 macam :
1.      Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti, dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/ mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
2.      People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya, guru/dosen. Tutor, peserta didik, dan sebagainya.
3.      Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori ,materials, seperti slide, film, audio, video, modul, majalah, buku, dan sebagainya.
4.      Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, overhead proyektor, slide, video tape/recorder, pesawat radio/tv, dan sebagainya.
5.      Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan peasan. Misalnya, pengajaran berprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
6.      Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ; ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non-fisik; misalnya suasana belajar itu sendiri; tenang, ramai, lelah, dan sebagainya.

D.   FUNGSI SUMBER BELAJAR
Sumber belajar memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Kalau media pembelajaran lebih sekedar sebagai media untuk menyampaikan pesan, sedangkan sumber belajar tidak hanya memiliki fungsi tetapi juga termasuk strategi, metode dan tekniknya. Sumber belajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:201) memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Meningkatkan produktivitas pembelajaran, dengan jalan :
·         Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.
·         Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gaiarah belajar siswa.
2.      Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan jalan :
·         Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.
·         Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
3.      Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan :
·         Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis
·         Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian
4.      Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan :
·         Meningkatkan keampuan sumber belajar
·         Penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit
5.      Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu :
·         Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.
·         Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6.      Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, yaitu :
·         Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.

E.    KRITERIA MEMILIH SUMBER BELAJAR
Pemilihan sumber belajar secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik untuk sumber belajar yang dirancang (by design), maupun sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization),

1.     Kriteria Umum
Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih sumber belajar diantaranya :
Ø  Ekonomis dalam pengertian murah, maksudnya tidak terpatok pada harganya yang selalu rendah, tapi dapat juga pemanfaatannya dalam jangka panjang.
Ø  Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan sampingan yang sulit dan langka.
Ø  Mudah diperoleh, dalam artian sumber belajar itu dekat, tersedia di mana-mana dan tidak perlu diadakan dan dibeli.
Ø  Bersifat fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar misalnya kemajuan teknologi, nilai, budaya dan lainnya.
Ø  Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan, hal ini untuk menghindari hal-hal yang ada di luar kemampuan guru.

2.     Kriteria berdasarkan tujuan
Beberapa kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan diantaranya adalah :
Ø  Sumber belajar guna memotivasi, artinya pemanfaatan sumber belajar tersebut bertujuan membangkitkan minat, mendorong partisipasi, merangsang pertanyaan-pertanyaan, memperjelas masalah dan sebagainya.
Ø  Sumber belajar untuk pengajaran, yaitu untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Ø  Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti dan sebagainya.
Ø  Sumber belajar untuk memecahkan masalah.
Ø  Sumber belajar untuk presentasi, di sini lebih ditekankan sumber sebagai alat, metode atau strategi penyampaian pesan.

F.    STRATEGI PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR
Strategi dalam menggunakan sumber belajar, seorang guru harus mampu mengidentifikasi berbagai karakteristik sumber belajar yang digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
Ø  Mengidentifikasi karakteristik sumber belajar yang akan digunakan. Sumber belajar yang ada sangatlah banyak, untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing sumber belajar yang digunakan. Apakah sumber belajar yang digunakan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diberikan. Artinya, sumber belajar tersebut dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dengan lancar (bermakna).
Ø  Sumber belajar yang digunakan dissuaikan dengan tujuan pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai apakah kognitif, afektif atau psikomotor. Dalam hal ini sumber belajar yang digunakan dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Ø  Sumber belajar yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan guru. Dalam merancang sumber belajar, seorang guru harus memahami kemampuannya dalam hal menggunakan sumber belajar. Tanpa memahami karakteristik dan penggunaan sumber belajar, proses pembelajaran tidak akan berjalan secara optimal.
Ø  Sumber belajar yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Hal terpenting dalam merancang sumber belajar adalah menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Sumber belajar yang dibutuhkan dan bermakna bagi siswa tentunya akan menarik perhatian siswa, sehingga diharapkan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

G.    PROSEDUR PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan sumber belajar menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI,(2007:203)  ini antara lain :
1.     Analisis Kebutuhan
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan perancangan sumber belajar di sekolah berdasarkan tuntutan karakteristik setiap mata pelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, baik dari sisi kompetensi yang harus dimiliki maupun dari segi materi/bahan yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu analisis kebutuhan didasarkan atas masukan - masukan dari para pengelola dan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi : kepala sekolah, pengawas, guru dan siswa. Analisis difokuskan pada kebutuhan - kebutuhan yang diperlukan dalam merancang sumber belajar, termasuk kemampuan - kemampuan yang dipersyaratkan berkenaan dengan merancang sumber belajar.

2.     Penetapan Sumber Belajar
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah menetapkan sumber belajar yang akan digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengkaji berbagai teori dan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan, kemudian menyusun konsep dan konstruknya, dan aplikasi serta implementasinya. Konsep dan konstruk yang telah tersusun akan dijadikan rujukan dalam menetapkan sumber belajar.

3.     Pengembangan Sumber Belajar
Kegiatan pengembangan dilakukan dengan cara mengkaji dan meneliti berbagai masukan yang berasal dari penetapan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya hasil dari pengembangan tersebut dapat dijadikan bahan bagi kegiatan revisi pnggunaan sumber belajar. Hasil revisi ini kemudian akan dijadikan rujukan untuk diginakan dalam kegiatan pembelajaran.

4.     Evaluasi penggunaan sumber belajar
Dalam melakukan evaluasi penggunaan sumber belajar. Ada beberapa hal hal yang harus  diperhatikan, antara lain :
Format evaluasi dalam merancang sumber belajar
Unsur yang dinilai
Kriteria Penilaian
Baik
Cukup
Sedang
1.    Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. Artinya, sumber belajar dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ( ranah dan tingkatannya).
2.    Dukungan terhadap isi materi pelajaran. Artinya, materi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan sumber belajar agar mudah difahami siswa.
3.    Kemudahan memperoleh sumber belajar. Artinya, sumber belajar yang diperlukan mudah diperoleh, baik yang tinggal menggunakan maupun yang harus dibuat terlebih dahulu.
4.    Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apapun sumber belajar yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada sumber belajarnya, tetapi dampak dari penggunaan sumber belajar dan kebermaknaan bagi siswanya.
5.    Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga sumber belajar tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
6.    Sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.

Format evaluasi dalam implementasi sumber belajar
Pertanyaan
Jawaban
Ya
Tidak
1.    Dapatkah sumber belajar yang digunakan meningkatkan kemampuan siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan?
2.    Apakah sumber belajar yang digunakan cukup memadai denga memanfaatkan sumber belajar secara efektif?
3.    Apakah isi dari sumber belajar sudah memenuhi syarat dalam menjelaskan materi pelajaran yang akan disampaikan?
4.    Apakah sumber belajar yang digunakan mampu menarik perhatian siswa dalam implementasi proses pembelajaran
5.    Apakah sumber belajar yang digunakan mampu menjelaskan materi secara detail pada siswa?
6.    Aapakah sumber belajar yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang akan disampaikan?

Beberapa pertanyaan di atas dapat juga dijadikan kriteria untuk menilai sumber belajar yang digunakan. Jika rancangan sumber belajar yang dibuat belum memenuhi kriteria diatas, maka segera dilakukan revisi dari penggunaan sumber belajar tersebut.
Perlu diingat sumber belajar yang digunakan jangan dilihat dari kemewahan atau segi kecanggihannya saja, akan tetapi yang lebih penting adalah kebermaknaan dan kesesuaian dengan kebutuhan pembelajaran bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

2.        HAKEKAT ASSESMEN
Assesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di bidang studi apapun. Assesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat keputusan (Anderson, 2003:xi). Popham (1995:3) mempertegas, bahwa ‘Educational assessment is a formal attempt to determine students’ status with respect to educational variables of interest’. Assesmen juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap dari para pebelajar.  Assesmen dapat juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh pebelajar dari pengalaman-pengalamannya (Huba dan Freed, 2000:8). Tindakan assesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan.  Semakin meningkat jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari assesmen tentang nasib pebelajar, semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam jangka panjang. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah assesmen ini (Anderson, 2003:15).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4 (empat) hal pokok terkait dengan tindakan assesmen:
·         Assesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis,
·         Tujuan utama proses assesmen dalam pendidikan adalah untuk menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa,
·         Assesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien dan tepat, dan
·         Assesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan  bahwa  assesmen (dalam PP disebut sebagai penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
1.                  Pengertian Asessmen Pembelajaran
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessmen dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan pengukuran
2.      Ada objek ukur
3.      Alat ukur
4.      Proses pengukuran
5.      Hasil pengukuran kuantitatif

Sementara, pengertian assesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:
1.      Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
2.      Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
3.      Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Berdasarkan pada berbagai batasan tiga jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran. Adapun assesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan assesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran. Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment).

A.     Tujuan Assesmen
1.      Untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajaran IPA di kelas.
2.      Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid, tentang pentingnya IPA
3.      Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4.      Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA
B.     Bentuk-bentuk Assesmen
1.    Assesmen Diagnostik
Assesmen diagnostik dilakukan dengan cara: tes tertulis dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini disebut (prates) dan tes lisan.  Dari data yang di peroleh dari tes tersebut maka dapat membantu guru mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang studi IPA, membantu guru melihat apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak dan memberi imformasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar murid-murid.
2.      Asesmen Formatif dalam pembelajaran
Assesmen formatif kadang-kadang diperlukan ditengah-tengah pembelajaran. Bila guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka diadakan assesmen mendapatkan data bagaimana caranya memoditikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Assesmen ini juga dapat dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Jenis tes yaitu berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
3.      Assesmen Sumatif dalam pembelajaran
Assesmen ini dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Peranan assesmen ini erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang jelas akan memudahkan perancangan assesmen.
C.     Karakteristik Assesmen
Sebuah test dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi kriteria, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis
a.       Validitas
Sebuah alat pengukur dapat dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes itu tersebut betul - betul dapat mengukur hasil belajar. Jadi bukan sekedar mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja misalnya.
b.      Realibilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya. Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan sederajat ketetapan, keterandalan atau kemantapan (the level of consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda., atau dengan tes yang pararel (eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan kata lain sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil - hasil tes tersebut menunjukan ketetapan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c.       Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan penilaian.
d.      Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
Mudah dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain
e.       Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteriates tersebut, sewajarnya dapat dihasilkan alat tes (soal - soal) yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini:
1.              Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan
2.              Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan
3.              Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta didik yang betul - betul belajar dengan rajin
4.              Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada patokan; tugas ditulis konkret. Apa yang harus diminta; harus dijawab berapa lengkap
5.              Representatif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan
6.              Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili, dan yang tidak penting tidak selalu perlu.
D.     Contoh Assesmen IPA
1.      Assesmen dalam ranah Kognitif
Cara-cara pelaksanaan assesmen dalam ranah kognitif:
·      mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas
·      mempergunakan observasi guru atas kinerja murid.
·      Mempergunakan tes gambar – gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata –kata.
·      Mempergunakan jurnal murid – murid.
·      Mempergunakan peta konsep dan yang penting tidak umum dilakukan tetapi ada baiknya dicoba adalah portofolio
2.      Assesmen untuk kategori berpikir Tingkat Tinggi
Yang termasuk kategori tingkat tinggi menurut Bloom adalah aspek-aspek penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam aspek penerapan, murid mempergunakan ilmu pengetahuan yang sudah di milikinya untuk diterapkan dalam situasi baru yang berbeda dengan situasi yang dikenalnya. Pada dasarnya kita meminta/memeriksa apakah murid-murid benar memahami suatu konsep sehingga dapat menerapkan dalam konteks yang lain
Contoh:
Kamu sudah mempelajari bahwa antara makluk hidup ada saling ketergantungan. Terapkalah pengetahuanmu pada situasi berikut ini:
1)      Pernyataan berikut ini adalah salah “ menembak burung-burung kecil adalah suatu cara untuk olahraga yang menyenangkan “
2)      Bagaimanakah yang benar?
3)       Apa yang kamu lakukan bila ada orang-orang yang menembaki burung-burung dihalamanmu?
Assesmen keterampilan menganalisis melibatkan pemecahan ide atau pemenggalan ide, kemudian murid ditanya apakah mereka memahami hubungan antara pengalaman. Gambar – gambar kartun, grafik, gambar-gambar tanpa kita dapat dipakai untuk menjadi keterampilan menganalisis.
Assesmen aspek evaluasi memerlukan penggabungan antara aspek pengetahuan, aspek pemahaman, penerapan, analisa, dan aspek sintesa untuk menunjukan suatu penilaian
3.      Assesmen dalam ranah Afektif
Ranah kognitif meliputi pengetahuan - pengetahuan dan pemahaman secara intelektual. Menurut Bloom ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi. Hal ini erat hubungannya dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi prestasi belajar siswa. Cara lain untuk mengetahui perasaan murid adalah dengan menggunakan daftar pilihan.
Contoh : Berilah tanda V di antara kata yang berlawanan di bawah ini
IPA
Menyenangkan................................................ membosankan
Baik................................................................. buruk
Berguna........................................................... tidak berguna
Mudah............................................................. sulit
Rumit.............................................................. sederhana
Diperlukan...................................................... tidak diperlukan
4.      Asesmen dalam ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menekankan keterampilan-keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda-benda atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA. Untuk ranah psikomotor kita dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan pembelajaran.
Contoh pengamatan kinerja murid dan skala penilaian.
Tujuan tingkah laku pembelajaran
Selalu
Kadang
Tak pernah
Berhati – hati menggunakan mikroskop
Membersihkan lensa dengan benar
Memfokuskan lensa dengan benar
Menyediakan dan meletakan silinder dengan benar
Mengatur kaca agar mendapatkan sinar dengan cepat
Hal – hal berikut yang dipakai dalam penilaian dalam ranah psikomotor:
1)      Belajar dengan alat – alat IPA sederhana misalnya termometer, timbangan, mistar ukur , gelas ukur, stop watch
2)      Untuk kinerja keterampilan laboratorium dan prosedur misalnya : menyaring zat, memakai mikroskop
3)      Mengumpulkan dan merekam data dalam tabel, charta dan grafik yang dibuat sendiri – sendiri oleh murid
4)      Mendesain suatu percobaan dan melaksanakannya misalnya: bagaimana caranya membuat tablet ini melarut dengan cepat?
5)      Mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dapat dites
6)      Unjuk kinerja dengan alat - alat atau bahan – bahan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep – konsep dan hubungan antara konsep misalnya pemahaman hubungan sirkuit listrik, atau pemahaman hubungan antara massa, volume dan kerapatan suatu obyek.
7)      Membuat model yang menunjukan gejala alam misalnya sel, system tata surya atau struktur geologi.
8)      Mengkomunikasikan proses percobaan baik berupa tulisan induvidual maupun kerja kelompok.

5.      Teknik Assesmen Praktis
Assesmen praktis dapat dipakai untuk menilai keterampilan psikomotor siswa, kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah, serta mengakses tentang perasaan mereka mengenai gejala yamg mereka amati / selidiki dalam percobaan. Jawaban siswa boleh lisan maupun tertulis.
Kelemahan dari assesmen praktis yaitu:
·                     Perlu alat-alat atau bahan-bahan untuk diotak atik
·                     Perlu tempat khusus untuk pelaksanaan
·                     Persiapan dan pembersihan sesudah pelaksanaan asesmen
·                     Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaannya elatif lama
·                     Hanya sedikit dari materi pembelajaran yang dapat dites
·                     Hanya sedikit dari murid-murid yang dapat ditentukan waktunya menyelesaikan assesmen

















DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajarn Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
FIP – UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung : IMTIMA.



0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2013 Lestary's Note